rasa, berbeda, tak sama
aneh, tapi terasa nyaman
perih, menagih
luka, tapi tak terkaca
rela meluangkan kala, membuang tenaga, karena dianggap bahagia
teori berkata, jangan menyelam kedalam, sebelum kamu tenggalam,
hingga perih menderam, dan asa terbenam
tapi kenapa harus ada aku bertanya, tapi tak seorang mampu berkata
saat rindu merasuk, hati pikiran beraduk,
terkadang mampu membusuk, takut hati akan tertusuk, apa karena tak ingin terpuruk?
lalu apakah ini? aku mudah menjalani, tapi sukar memaham, apa karena hati ini murah seperti jerami?
bila aku katakan cinta, begitu banyak derita, dan sebagian mungkin derita, meski aku berusaha tertawa
sungguh aku ingin kecap teori yang mereka ucap, agar aku dapat mengungkap, kata yang sering terserap
tapi sejauh hati ini bernafas, aku tak pernah tau,
mungkin aku belum menemukan batas, yang dapat menjawab ragu
mengapa Dia membuat perasaan? terkadang berujung rasa siksaan?
terasa jarum yang tertelan, dan seakan menghapus angan
ketika rasa sudah terucap, aku masih harus berderap
langkahkan kaki menunggu waktu, untuk menunggu jawabmu
aku sungguh telah berfirasat, bahwa semua ini akan menjadi pahit pekat,
terasa semua luka terus melekat, membuat langkah ini semakin berat,
tapi senyum itu membuatku terangkat, meski aku tidak terikat
nurani ini merasa tenang, saat sapamu selalu datang,
membuat aku mengenang, tawa, senyum, perhatian, yang terurai benang
ingin ku terus melenggang, meski aku tak menjadi pemenang,
aku tak merasa menjadi pecundang, meski aku kalah perang
tapi aku takut, smua ini akan hilang, saat kau merasa risih,
karena sesungguhnya aku takluk, pada smua yang ada pada dirimu,
membuatku semakin sayang, sayang, dan sayang,
jika kau merasa begitu, maafkanlah aku, karena aku tak bisa hilangkan...
No comments:
Post a Comment